Minggu, 03 April 2011

Mengidentifikasi dan Menggunakan Jenis-Jenis Frasa dan Klausa




Frasa
Kalimat terdiri atas beberapa satuan. Satuan-satuan tersebut terdiri atas satu kata atau lebih. Satuan pembentuk kalimat tersebut menempati fungsi tertentu. Fungsi yang dimaksud yaitu Subjek (S), Predikat (P), Objek (O), Pelengkap (Pel.), dan Keterangan (Ket.).
Fungsi-fungsi tersebut boleh ada atau tidak dalam suatu kalimat. Fungsi yang wajib ada yaitu subjek dan predikat. Fungsi dalam kalimat dapat terdiri atas kata, frasa, maupun klausa. Frasa adalah satuan yang terdiri atas dua kata atau lebih yang menduduki satu fungsi kalimat.
Contoh:
Dua orang mahasiswa baru itu sedang membaca buku di perpustakaan.
Perhatikan penjabaran fungsi kalimat di atas!
Description: http://gurumuda.com/bse/wp-content/uploads/2011/02/10-Mengidentifikasi-dan-Menggunakan-Jenis-Jenis-Frasa-1.png
Kalimat di atas terdiri atas tiga frasa yaitu dua orang mahasiswa, sedang membaca, dan di perpustakaan. Jadi, frasa memiliki sifat sebagai berikut.
1. Frasa terdiri atas dua kata atau lebih.
2. Frasa selalu menduduki satu fungsi kalimat.
A. Kategori Frasa
1. Frasa Setara dan Frasa Bertingkat
Sebuah frasa dikatakan setara jika unsur-unsur pembentuknya
berkedudukan sederajat atau setara.
Contoh:
Saya dan adik makan-makan dan minum-minum di taman depan. Frasa saya dan adik adalah frasa setara sebab antara unsur saya dan unsur adik mempunyai kedudukan yang setara atau tidak saling menjelaskan. Demikian juga frasa makan-makan dan minumminum termasuk frasa setara. Frasa setara ditandai oleh adanya kata dan atau atau di antara kedua unsurnya. Selain frasa setara, ada pula frasa bertingkat. Frasa bertingkat adalah frasa yang terdiri atas inti dan atribut.
Contoh:
Ayah akan pergi nanti malam.
Frasa nanti malam terdiri atas unsur atribut dan inti.
2. Frasa Idiomatik
Perhatikan kata-kata bercetak miring berikut!
1) Dalam peristiwa kebakaran kemarin seorang penjaga toko menjadi kambing hitam.
2) Untuk menyelamati saudaranya, keluarga Pinto menyembelih seekor kambing hitam.
Kalimat 1) dan 2) menggunakan frasa yang sama yaitu frasa kambing hitam. Kambing hitam pada kalimat 1) bermakna orang yang dipersalahkan dalam suatu peristiwa , sedangkan dalam
kalimat 2) bermakna seekor kambing yang warna bulunya hitam .
Makna kambing hitam pada kalimat 1) tidak ada kaitannya dengan makna kata kambing dan kata hitam. Frasa yang maknanya tidak dapat dirunut atau dijelaskan berdasarkan makna kata-kata yang membentuknya dinamakan frasa idiomatik.
B. Konstruksi Frasa
Frasa memiliki dua konstruksi, yakni konstruksi endosentrik dan eksosentrik.
Perhatikan kalimat berikut!
Kedua saudagar itu telah mengadakan jual beli. Kalimat di atas terdiri atas frasa kedua saudagar itu, telah mengadakan, dan jual beli. Menurut distribusinya, frasa kedua saudagar itu dan telah
mengadakan merupakan frasa endosentrik. Sebaliknya, frasa jual beli merupakan frasa eksosentrik.
Frasa kedua saudagar itu dapat diwakili kata saudagar. Kata saudagar adalah inti frasa bertingkat kedua saudagar itu. Demikian juga frasa telah mengadakan dapat diwakili kata mengadakan. Akan tetapi, frasa jual beli tidak dapat diwakili baik oleh kata jual maupun kata beli. Hal ini disebabkan frasa jual beli tidak memiliki distribusi yang sama dengan kata jual dan kata beli. Kedua kata tersebut merupakan inti sehingga mempunyai kedudukan yang sama.
Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa frasa kedua saudagar itu berdistribusi sama dengan frasa saudagar itu dan kata saudagar. Frasa telah mengadakan berdistribusi sama dengan mengadakan. Frasa yang distribusinya sama dengan salah satu atau semua unsurnya dinamakan
frasa endosentrik. Frasa yang distribusinya tidak sama dengan salah satu atau semua unsurnya disebut frasa eksosentrik. Frasa jual beli termasuk frasa eksosentrik karena baik kata jual maupun kata beli tidak dapat menggantikan jual beli.
Frasa endosentrik meliputi beberapa macam frasa.
1. Frasa Endosentrik yang Koordinatif
Frasa ini dihubungkan dengan kata dan dan atau.
Contoh:
Pintu dan jendelanya sedang dicat.
2. Frasa Endosentrik yang Atributif
Frasa ini terdiri atas unsur-unsur yang tidak setara.
Contoh:
Pekarangan luas yang akan didirikan bangunan itu milik Haji Abdulah.
3. Frasa Endosentrik yang Apositif
Secara semantik unsur yang satu pada frasa endosentrik apositif mempunyai makna sama dengan unsur yang lain. Unsur yang dipentingkan merupakan unsur pusat, sedangkan unsur keterangan merupakan aposisi.
Contoh:
Alfia, putri Pak Bambang, berhasil menjadi pelajar teladan.
C. Kelas Frasa
Frasa dibagi menjadi enam kelas kata. Pembagian frasa meliputi frasa benda, kerja, sifat, keterangan, bilangan, dan depan.
1. Frasa Benda atau Frasa Nomina
Frasa benda atau frasa nomina adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata benda. Unsur pusat frasa benda yaitu kata benda.
Contoh:
a. Dita menerima hadiah ulang tahun.
b. Dita menerima hadiah.
Frasa hadiah ulang tahun dalam kalimat distribusinya sama dengan kata benda hadiah. Oleh karena itu, frasa hadiah ulang tahun termasuk frasa benda atau frasa nomina.
2. Frasa Kerja atau Frasa Verba
Frasa kerja atau frasa verba adalah frasa yang distribusinya
sama dengan kata kerja atau verba.
Contoh:
Adik sejak tadi akan menulis dengan pensil baru.
Frasa akan menulis adalah frasa kerja karena distribusinya sama dengan kata kerja menulis dan unsur pusatnya kata kerja, yaitu menulis.
3. Frasa Sifat atau Frasa Adjektiva
Frasa sifat atau adjektiva adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata sifat. Frasa sifat mempunyai inti berupa kata sifat. Kesamaan distribusi itu dapat dilihat pada jajaran berikut.
Contoh:
a. Lukisan yang dipamerkan itu memang bagus-bagus.
b. Lukisan yang dipamerkan itu – bagus-bagus.
4. Frasa Keterangan atau Frasa Adverbia
Frasa keterangan adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata keterangan. Biasanya inti frasa keterangan juga berupa kata keterangan dan dalam kalimat sering menduduki fungsi sebagai keterangan.
a. Frasa keterangan sebagai keterangan.
Frasa keterangan biasanya mempunyai keleluasaan berpindah karena berfungsi sebagai keterangan. Oleh karena itu, frasa keterangan dapat terletak di depan atau di belakang subjek atau di awal dan di akhir kalimat.
Contoh:
1) Tidak biasanya dia pulang larut malam.
2) Dia tidak biasanya pulang larut malam.
3) Dia pulang larut malam tidak biasanya.
b. Frasa keterangan sebagai keterangan pada kata kerja.
Contoh:
Saya tidak hanya bertanya, tetapi juga mengusulkan sesuatu.
5. Frasa Bilangan atau Frasa Numeralia
Frasa bilangan adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata bilangan. Pada umumnya frasa bilangan atau frasa numeralia dibentuk dengan menambahkan kata penggolong atau kata bantu
bilangan.
Contoh:
Dua orang serdadu menghampirinya ke tempat itu.
6. Frasa Depan atau Frasa Preposisional
Frasa depan adalah frasa yang terdiri atas kata depan dengan kata lain sebagai unsur penjelas.
Contoh:
Laki-laki di depan itu mengajukan pertanyaan kepada pembicara.
D. Frasa yang Bersifat Ambigu
Ambiguitas terkadang ditemui dalam susunan frasa. Ambiguitas berarti kegandaan makna.
Contoh:
Kambing hitam dan mobil tetangga baru.
Frasa kambing hitam dapat mempunyai dua makna, yakni kambing yang berbulu (berwarna) hitam dan sebuah ungkapan yang berarti orang yang dipersalahkan. Frasa mobil tetangga baru juga dapat memiliki dua makna, yakni yang baru adalah mobil (milik tetangga) dan yang baru adalah tetangga (bukan mobilnya). Frasa ambigu akan menjadi jelas jika digunakan dalam kalimat.
Sumber: Sintaksis, Ramlan, 1997, Yogyakarta, Karyono
Kerjakan kegiatan berikut!
1. Dalam buku ini terdapat beberapa bacaan.
a. Pilihlah salah satu bacaan tersebut. Kemudian, tentukan jenis frasa berdasarkan kategori!
b. Tentukan pula jenis frasa berdasarkan konstruksi!
2. Tentukan jenis frasa yang terdapat dalam kalimat-kalimat berikut.
Apakah termasuk frasa endosentrik atau eksosentrik?
a. Soal-soal dan jawabannya telah didiskusikan minggu yang lalu.
b. Ayah dan ibunya tinggal di luar negeri.
c. Tanah pertanian di daerah transmigrasi sedang menanti tangantangan kuat para petani.
d. Tanah air Indonesia selalu memanggil para pemuda dan pemudi untuk membangun bangsa dan negara.
e. Dewi malam telah keluar dari balik awan.
3. Gunakan frasa bertingkat berikut ini dalam kalimat!
a. biru laut
Contoh dalam kalimat : . . . .
b. lima ekor ayam
Contoh dalam kalimat : . . . .
c. bahasa Indonesia
Contoh dalam kalimat : . . . .
d. harus selesai
Contoh dalam kalimat : . . . .
Klausa
Klausa merupakan satuan gramatik yang terdiri atas S–P baik disertai O, PEL, dan KET maupun tidak. Dengan ringkas, klausa ialah S P (O) (PEL) (KET). Tanda kurung menandakan bahwa yang terletak dalam kurung itu bersifat manasuka, artinya boleh ada, boleh juga tidak ada.
Contoh:
Ketika orang-orang mulai menyukai ayam bekisar, Edwin sudah memelihara untuk dijual di pasaran.
Kalimat di atas terdiri dari empat klausa, yaitu:
1. (ketika) orang-orang mulai (S–P);
2. menyukai ayam bekisar (P–O);
3. Edwin sudah memelihara (S–P); dan
4. untuk dijual di pasaran (P–Ket.).
A. Klausa Berdasarkan Kategori Kata atau Frasa
Perhatikan kalimat di bawah ini!
Toni belum sempat mengunjungi kakeknya kemarin. Klausa kalimat tersebut jika dianalisis secara fungsional, hasilnya sebagai berikut.
Description: http://gurumuda.com/bse/wp-content/uploads/2011/02/10-Mengidentifikasi-dan-Menggunakan-Jenis-Jenis-Frasa-2.png
Keterangan:
N = Nomina
= kata benda
V = Verba
= kata kerja
ADV = Adverbia
= kata keterangan
B. Klausa Berdasarkan Struktur
Klausa dapat digolongkan berdasarkan tiga dasar.
1. Klausa Berdasarkan Struktur Intern
Unsur inti klausa ialah S dan P. Namun demikian, S sering kali dihilangkan dalam kalimat luas sebagai akibat penggabungan klausa dan dalam kalimat jawaban. Klausa yang terdiri atas S dan
P disebut klausa lengkap, sedangkan klausa yang tidak ber-S disebut klausa tidak lengkap.
Contoh:
1. din tidak masuk sekolah karena din sakit.
Subjek din dalam anak kalimat dapat dihilangkan akibat penggabungan klausa din tidak masuk sekolah dan din sakit.
2. Sedang bermain-main.
Sebagai jawaban pertanyaan Anak-anak itu sedang apa? Klausa dibagi menjadi dua macam, yaitu klausa lengkap dan klausa tidak lengkap. Klausa lengkap, berdasarkan struktur internnya, dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu klausa lengkap yang S-nya terletak di depan P, dan klausa lengkap yang S-nya terletak di belakang P. Klausa yang S-nya terletak di depan P disebut klausa lengkap susun biasa. Klausa lengkap yang S-nya terletak di belakang P disebut klausa lengkap susun balik atau klausa inversi.
Contoh:
Description: http://gurumuda.com/bse/wp-content/uploads/2011/02/10-Mengidentifikasi-dan-Menggunakan-Jenis-Jenis-Frasa-3.png
Klausa tidak lengkap sudah tentu hanya terdiri atas unsur P, disertai O, PEL, atau KET.
Contoh:
e. sedang bermain-main
f. menulis surat
g. telah berangkat ke Jakarta
Klausa e terdiri atas P, klausa f terdiri atas P diikuti O, dan klausa g terdiri atas P diikuti KET.
2. Klausa Berdasarkan Ada Tidaknya Kata Negatif yang secara Gramatik Menegatifkan P
a. Klausa Positif
Klausa positif ialah klausa yang tidak memiliki kata negatif yang secara gramatik menegatifkan P.
Contoh:
1) Mereka diliputi oleh perasaan senang.
2) Mertua itu sudah dianggap sebagai ibunya.
b. Klausa Negatif
Klausa negatif ialah klausa yang memiliki kata-kata negatif yang secara gramatik menegatifkan P. Kata-kata negatif itu ialah tiada, tak, bukan, belum, dan jangan.
Contoh:
1) Orang tuanya sudah tiada.
2) Yang dicari bukan dia.
3. Penggolongan Klausa Berdasarkan Kategori Kata atau Frasa yang Menduduki Fungsi P
P mungkin terdiri atas kata atau frasa golongan N, V, Bil, dan FD. Berdasarkan golongan atau kategori kata atau frasa yang menduduki fungsi P, klausa dapat digolongkan menjadi empat golongan.
a. Klausa Nominal
Klausa nominal ialah klausa yang P-nya terdiri atas kata atau frasa golongan N.
Contoh:
1) Ia guru.
2) Yang dibeli orang itu sepeda.
Kata golongan N ialah kata-kata yang secara gramatik mempunyai perilaku sebagai berikut.
1) Pada tataran klausa dapat menduduki fungsi S, P, dan O.
2) Pada tataran frasa tidak dapat dinegatifkan dengan kata tidak, melainkan dengan kata bukan, dapat diikuti kata itu sebagai atributnya, dan dapat mengikuti kata depan di atau pada sebagai aksisnya.
b. Klausa Verbal
Klausa verbal ialah klausa yang P-nya terdiri atas kata atau frasa golongan V.
Contoh:
1) Petani mengerjakan sawahnya dengan tekun.
2) Dengan rajin, bapak guru memeriksa karangan murid.
Kata golongan V ialah kata yang pada tataran klausa cenderung menduduki fungsi P dan pada tataran frasa dapat dinegatifkan dengan kata tidak. Misalnya kata-kata berdiri, gugup, menoleh, berhati-hati, membaca, tidur, dan kurus.
Berdasarkan golongan kata verbal itu, klausa verbal dapat digolongkan sebagai berikut.
1) Klausa verbal adjektif
Klausa ini P-nya terdiri atas kata golongan V yang termasuk golongan kata sifat atau terdiri atas frasa golongan V yang unsur pusatnya berupa kata sifat.
Contoh:
a) Udaranya panas sekali.
b) Harga buku sangat mahal.
2) Klausa verbal intransitif
Klausa ini P-nya terdiri atas kata verbal yang termasuk golongan kata kerja intransitif atau terdiri atas frasa verbal yang unsur pusatnya berupa kata kerja intransitif.
Contoh:
a) Burung-burung beterbangan di atas permukaan air laut.
b) Anak-anak sedang bermain-main di teras belakang.
3) Klausa verbal aktif
Klausa ini P-nya terdiri atas kata verbal yang termasuk golongan kata kerja transitif atau terdiri atas frasa verbal yang unsur pusatnya berupa kata kerja transitif.
Contoh:
a) Arifin menghirup kopinya.
b) Ahmad sedang membaca buku novel.
4) Klausa verbal pasif
Klausa ini P-nya terdiri atas kata verbal yang termasuk golongan kata kerja pasif atau terdiri atas frasa verbal yang unsur pusatnya berupa kata kerja pasif.
Contoh:
a) Tepat di muka pintu, aku disambut oleh seorang petugas.
b) Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh MPR untuk jangka waktu lima tahun.
5) Klausa verbal yang refleksif
Klausa ini P-nya terdiri atas kata verbal yang termasuk golongan kata kerja refleksif, yaitu kata kerja yang menyatakan perbuatan yang mengenai pelaku perbuatan itu sendiri. Pada umumnya kata kerja ini berbentuk kata kerja meN- diikuti kata diri.
Contoh:
a) Anak-anak itu menyembunyikan diri.
b) Mereka sedang memanaskan diri.
6) Klausa verbal yang resiprokal
Klausa ini P-nya terdiri atas kata verbal yang termasuk golongan kata kerja resiprokal, yaitu kata kerja yang menyatakan kesalingan . Bentuknya ialah (saling) meN-, saling ber-an dengan proses pengulangan atau tidak dan saling meN-.
Contoh:
a) Pemuda dan gadis itu berpandang-pandangan.
b) Mereka saling memukul.
c. Klausa Bilangan
Klausa bilangan atau klausa numeral ialah klausa yang P-nya terdiri atas kata atau frasa golongan bilangan.
Contoh:
1) Roda truk itu ada enam.
2) Kerbau petani itu hanya dua ekor.
Kata bilangan ialah kata-kata yang dapat diikuti oleh kata penyukat. rang, ekor, batang, keping, buah, kodi, helai, dan masih banyak lagi. Misalnya kata satu, dua, dan seterusnya; kedua, ketiga, dan seterusnya; beberapa, setiap, dan sebagainya; sedangkan frasa bilangan ialah frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan, misalnya dua ekor, tiga batang, lima buah, setiap jengkal, beberapa butir, dan sebagainya.
4. Klausa Depan
Klausa depan atau klausa preposisional ialah klausa yang Pnya terdiri atas frasa depan, yaitu frasa yang diawali oleh kata depan sebagai penanda.
Contoh:
a. Kredit itu untuk para pengusaha lemah.
b. Pegawai itu ke kantor setiap hari.
Dalam kalimat tertentu, klausa memiliki dua bagian, yakni klausa induk (induk kalimat) dan klausa subordinatif (anak kalimat). Keberadaan klausa induk dan klausa anak ini mensyaratkan konstruksi tataran sintaksis yang lebih besar.
Penggabungan klausa induk dan klausa anak berarti klausa tersebut memasuki tahap struktur kalimat. Penghubungan antarklausa ini mensyaratkan kehadiran konjungsi (kata sambung). Dilihat dari perilaku sintaksisnya dalam kalimat, konjungsi dibagi menjadi empat kelompok, yaitu konjungsi koordinatif (dan, serta, atau, tetapi, . . .); konjungsi korelatif (baik . . . maupun . . .; entah . . . entah . . .; tidak hanya . . ., tetapi juga . . .; . . .); konjungsi subordinatif (sejak, karena, setelah, seperti, agar, dengan, . . . .); dan konjungsi antarkalimat (meskipun demikian begitu, kemudian, oleh karena itu, bahkan, lagi pula, . . .).
Contoh:
a. Dia menangis dan istrinya pun tersedu-sedu.
b. Entah disetujui entah tidak, dia tetap akan mengusulkan gagasannya.
c. Narto harus belajar giat agar naik kelas.
d. 1) Kami tidak sependapat dengan dia. Kami tidak akan menghalanginya.
2) Kami tidak sependapat dengan dia. Biarpun begitu, kami tidak akan menghalanginya. Konjungsi-konjungsi itu dapat menghubungkan kata, frasa, ataupun klausa. Dalam hubungannya dengan kata dan frasa, bentuk konjungsi bertindak sebagai preposisi. Dalam hubungannya dengan klausa, bentuk konjungsi bertindak sebagai murni konjungsi. Dengan demikian, kalimat frasa dan klausa pun dapat diidentifikasi.
Description: http://gurumuda.com/bse/wp-content/uploads/2011/02/10-Mengidentifikasi-dan-Menggunakan-Jenis-Jenis-Frasa-4.png
Description: http://gurumuda.com/bse/wp-content/uploads/2011/02/10-Mengidentifikasi-dan-Menggunakan-Jenis-Jenis-Frasa-5.png
Klausa Ibu tidak berbelanja sebagai klausa induk dan klausa uangnya habis sebagai klausa anak. Konjungsi karena sebagai konjungsi subordinatif-sebab yang menghubungkan dua klausa atau lebih dengan status sintaksis tidak sama. Jadi, ada klausa induk dan klausa anak.
Sumber: Sintaksis, Ramlan, 1997, Yogyakarta, Karyono
A. Tentukan perbedaan frasa dengan klausa. Berikan contoh!
B. Gunakan frasa berikut dalam paragraf!
1. membaca buku
2. siswa teladan
C. Gunakan klausa berikut dalam paragraf!
1. Andi mulai
2. belajar menabung
Sumber :
Santoso, Gunawan Budi dkk, 2008, Terampil Berbahasa Indonesia: untuk SMA/MA kelas XI (Program Bahasa), Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, h. 31 – 41.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar